Minggu, 29 Maret 2009

Bukan Etimologi Kapujiang...


Kapujiang, di telinga orang Luwu, kata yang satu ini mungkin terdengar akrab, sebab kata ini tergolong bahasa prokem yang terkadang digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Tentu saja, tulisan ini tidak membahas etimologi "Kapujiang" itu sendiri (lihatki judulnya...), sebab saya bukanlah seorang linguis dan bukan pula sejarawan, jadi...dengan berat hati saya ucapkan, ta'addempengengka'...(ato dalam bahasa Inggris, I am Sorry..., klo dalam bahasa Indonesia, Ayem Sori...hehehh).
Kata "Kapujiang" adalah sebutan bagi orang yang berekspesi dengan cara yang tak lazim untuk menarik perhatian orang. Jadi mohon maklum jika kata "Kapujiang" ini, juga berkonotasi negatif namun sensasional, meskipun bagi si pelaku "kapujiang" tersebut, itu sah-sah saja. Jadi pendeknya, ketika saya, atau, anda melihat orang-orang yang berperilaku aneh, mereka telah pantas mendapat gelar "La Kapujiang". Anda perlu contoh? Saya rasa tak perlu, sebab saya, anda atau kita, mungkin pernah melakukannya...hahahh, tapi kalo anda mau contoh, dibawah ini beberapa saran yang bisa anda praktekkan sendiri:

1. Jalanlah dengan kaki kiri terus menerus...
2. Pakailah sarung ketika anda ke kantor, jangan pake celana kantor...
3. Bagi yang berstatus suami, ciumlah ketiak istri anda, setiap bangun pagi...
4. Panjangkan bulu ketek anda, hingga mencapai 30 cm, dan pakailah slalu baju "U can See"...
5. Bagi yang berpacaran, kecuplah kening pacar anda, setiap kali dia beol...

So, saya kira segitu dulu cukup...sebab tindakan "Kapujiang" itu sendiri, kadang terjadi karena spontanitas dan sangat dipengaruhi oleh kondisi disekitarnya. Pun juga, sebenarnya tulisan ini adalah salah bentuk "Kapujiangisme" yang secara tak sadar menjadi konsumsi otak saya. Dan ini sekadar analogi ber-Kapujiang yang saban hari menyatroni kita. Maka, pertanyaan saya, Kapujiang-kah anda? Hmmmm....

1 komentar: